Beranda | Artikel
Kaidah Fikih (13) : Hukum Perbuatan Nabi
Sabtu, 30 Juli 2016

Perbuatan Nabi yang tidak ada perintah dari beliau, maka hukumnya tidak wajib.

Perbuatan Nabi [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”]H[/Islamic] tidak semuanya sama hukumnya. Namun terbagi menjadi 6 macam:

1. Perbuatan Nabi yang bersifat tabiat manusiawi.

Seperti selera makan, gaya berjalan dan sebagainya. Maka kita tidak diwajibkan untuk mengikutinya. Kecuali bila disana ada nilai ibadahnya seperti tidur di atas wudhu, tidur di atas rusuk yang kanan dll, maka ini disunnahkan.

2. Perbuatan Nabi yang berasal adat istiadat.

Contohnya bentuk pakaian dan sebagainya, maka yang sunnah adalah mengikuti adat istiadat setempat selama tidak menyalahi syariat.

3. Perbuatan Nabi dalam rangka mempraktekan perintah Allah.

Hukumnya sesuai perintah tersebut, jika perintah tersebut wajib, maka perbuatan Nabi itu pun wajib.
Contoh Nabi mengusap seluruh kepala ketika berwudhu, mempraktekan perintah Allah untuk mengusap kepala.

4. Perintah Nabi yang bersifat ta’abbudiy.

Seperti Nabi berpuasa tiga hari setiap bulan, Nabi sholat bada ashar dua rokaat dan lain sebagainya.

5. Perbuatan Nabi yang khusus untuk beliau tanpa umatnya.

Contohnya menikah lebih dari empat istri dan sebagainya.

6. Perbuatan Nabi yang masih diragukan apakah termasuk ibadah atau adat.

Seperti Nabi memanjangkan rambut sebahu. Para ulama berbeda pendapat apakah itu sunnah atau tidak. Jumhur berpendapat tidak sunnah.

Lihat Artikel “Kaidah Islam”


Artikel asli: https://cintasunnah.com/kaidah-fikih-13-hukum-perbuatan-nabi/